Ibn Rusdy

Di dunia Islam, filsafat telah melalui berbagai macam periode. Perjalanan filsafat
Islam telah dimulai secara resmi di abad ke-2 dan 3 Hijriyah, berbarengan dengan penerjemahan karya-karya pemikir Yunani. Sebelumnya sekalipun kajian teologi cukup di gandrungi, namun filsafat tidak memiliki posisi tersendiri. Filsafat Islam merupakan salah satu bidang ilmu yang membuat perdebatan sejak awal kemunculannya. Selain itu, filsafat juga dianggap sebagai bidang ilmu yang menjadi biang kerok pemecah belah umat. Akan tetapi disisi lain filsafat dianggap mampu mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan.

Namun dengan kemunculan Ibnu Rusyd, yang merupakan salah satu tokoh filosof muslim yang hebat yang mana senantiasa berusaha untuk mengharmoniskan antara filsafat dengan agama. Pemikiran Ibnu Rusyd terlihat ketika terjadi polemik antara ia dengan Imam Al-Ghozali. Ketidak sepakatan Al-Ghozali terhadap pemikiran Ibnu Rusyd, hingga Al-Ghozali mengkafirkan para filosof muslim. Ibnu Rusyd menegaskan bahwa agama dan filsafat tidak berada dalam titik pertentangan. Pada hakikatnya filsafat berpikir tentang segala hal untuk diketahui. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk berpikir tentang alam dalam rangka mengetahui Tuhan.


RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka untuk memudahkan dalam pembahasan makalah ini dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Siapakah Ibnu Rusyd itu? Dan bagaimana latar belakang kehidupannya?
b. Apa saja karya-karya Ibnu Rusyd itu?
c. Bagaimanakah pemikiran filsafat Ibnu Rusyd?


BIOGRAFI DAN LATAR BELAKANG KEHIDUPAN TOKOH

Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd, dia lahir di Cordova pada tahun 520 H atau 1126 M. Ia berasal dari keluarga yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan neneknya yang terkenal dengan sebutan “Ibnu Rusyd Nenek“ (Al- Jadd) adalah kepala hakim di Cordova.

Ia belajar ilmu fiqih, ilmu pasti dan ilmu kedokteran di Seville, kemudian berhenti dan pulang ke Cordova untuk melakukan studi, penelitian, membaca buku-buku dan menulis. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingannya, karena menurut riwayat sejak kecil sampai tua, ia tidak pernah terputus membaca, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan pada malam perkawinan dirinya. Di antara ilmu-ilmu yang telah dipelajari, dia senang sekali mengulas dan meringkas filsafat Aristoteles hingga ia dikenal sebagai ”Pengulas Filsafat Aristoteles” (The Famous Comentator of Aristoteles), suatu gelar yang diberikan oleh Dante Alagieri (1265-1321 M) dalam bukunya Divina Commedia (Komedi Ketuhanan). Gelar ini memang tepat untuknya, karena pemikiran-pemikirannya mencerminkan usaha yang keras untuk mengembalikan pemikiran Aristoteles kepada kemurnianya yang semula.

Pada mulanya Ibnu Rusyd mendapat kedudukan yang terbaik dari khalifah Abu Yusuf Al-Mansyur (masa kekuasaan 1184-1198 M), sehingga pada waktu itu Ibnu Rusyd menjadi raja semua pikiran, tidak ada pendapat kecuali pendapatnya. Ketika ia difitnah dan dituduh telah keluar dari Islam, kemudian ia dikurung dikampung Yahudi. Yang mana tuduhan tersebut dilontarkan oleh golongan penentang filsafat, yaitu para fuqoha pada masanya.

Setelah beberapa orang terkemuka dapat meyakinkan Al-Mansyur tentang kebersihan Ibnu Rusyd dari fitnahan dan tuduhan tersebut, maka ia baru dibebaskan. Akan tetapi, tidak lama kemudian fitnahan dan tuduhan dilemparkan lagi. Pada diri Ibnu Rusyd dan termakan pula, sebagai akibatnya pada kali ini dia diasingkan ke negeri Maghribi (Maroko), buku-buku karanganya dibakar dan ilmu filsafat tidak boleh dipelajari. Sejak saat itu murid-muridnya bubar dan tidak berani lagi menyebut namanya. Ibnu Rusyd meninggal pada tanggal 9 shofar 595 H/ 11 Desember 1198 M di Marakhesh pada usia 75 tahun.

KARYA-KARYA IBNU RUSYD

Ibnu Rusyd menulis dalam banyak bidang diantaranya: Ilmu fiqih, Filsafat, Kedokteran, Politik dan lain-lain, tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, ulasan-ulasan atau ringkasan. Sebenarnya karya-karyanya yang paling besar dan berpenngaruh di Barat yang dikenal dengan Avveroisme adalah komentar atas karya-karyanya Aristoteles, bukan saja dalam bidang filsafat juga dalam bidang ilmu jiwa, fisika, logika, dan akhlak.

Hampir semua karya-karyanya Ibnu Rusyd diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga karyanya sulit ditemukan dan yang masih bisa ditemukan, yakni:
A. Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid fi al-fiqih, berisi tentang uraian-uraian dibidang fiqh.
B. Kutab Al-kuliyat fi at-Thib, telah diterjemahkan dalam bahasa Latin.
C. Tahafut at-Tahafut, yang merupakan sanggahan dan kritikan terhadap kitab Al-Ghozali, Tahafut Al-Falasifah.
D. Al- Ksyf an Manahij al-Adillah fi Aqoid al-Millah, berisi tentang kritikan terhadap metode para ahli ilmu kalam dan sufi.
E. Fashl Al-Maqal fi ma bain al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittishal, merupakan kajian teologi yang mencoba mempertemukan agama dengan filsafat, yakni tentang korelasi antara agama dan filsafat.
F. Dhamimah li Masalah al-Qadim.


PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU RUSYD

a. FAKTOR LOGIKA
Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf yang mementingkan akal. Menurutnya untuk memecahkan persoalan agama Islam, harus menggunakan kekuatan akal pikiran. Hingga persoalan yang berhubungan dengan Tuhan pun harus dipecahkan secara akal. Dalam kitabnya Fashl al-Maql, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa segala penilaian tentang kebenaran harus didasarkan pada logika. Seseorang harus belajar memikirkan secara logika, ketika mempelajari agama. Dalam pandangan Ibnu Rusyd, pokok tujuan syari’at Islam adalah untuk mengajarkan ilmu yang benar dan amal perbuatan yang benar pula.
Filsafat Ibnu Rusyd sangat menggemparkan, akan tetapi tidak dapat mempengaruhi dunia pemikiran Islam pada saat itu. Di sisi lain, ternyata ulama-ulama skolastik Latin tidak dapat mempertahankan diri dari pengaruh Averroisme, yakni bagian Eropa karena komentarnya terhadap filsafat Aristoteles yang begitu bagus dan mengesankan. Ini merupakan bukti kemampuan Ibnu Rusyd dalam berfilsafat dan tiada duanya dalam mengomentari filsafat Aristoteles. Mengenai logika ini, Ibnu Rusyd menyatakan, bahwa ” janganlah memandang orang yang mengemukakan pendapatnya, akan tetapi pandanglah isi dari pendapat orang tersebut”.

JAWABAN IBNU RUSYD TERHADAP SANGGAHAN AL-GHAZALI

Dalam pemikiran filsafat Ibnu Rusyd terdapat jawabannya terhadap sanggahan Al-Ghazali. Sehubungan sanggahan yang mematikan dari Al-Ghazali terhadap para filosof muslim. Dalam hal ini, Al-Ghazali menghukumi para filosof kafir tentang tiga pemikiran-pemikiran filsof muslim, yakni:
1. Qadimnya Alam
2. Tuhan tidak mengetahui hal yang Juz’iyyat.
3. Tidak adanya kebangkitan jasmani di akhirat.

Adapun keterangan lebih jelasnya, yakni sebagai berikut:

Qadimnya Alam

Menurut Al-Ghazali, alam ini diciptakan oleh Allah yang mana semula dari tidak ada menjadi ada (Creatio Ex Nihilo). Dengan demikian dapat dipastikan dengan adanya penciptaan, maka ada yang menciptakan yakni, Allah sang Maha Pencipta. Sedangkan menurut filosof muslim, alam ini diciptakan dari sesuatu (materi) yang sudah ada. Ibnu Rusyd menyatakan bahwasannya Al-Ghazali keliru menarik kesimpilan, karena menurut Al-Ghazali, para filosof muslim terkesan menyamakan antara qadimnya Allah dengan qadimnya alam. Padahal yang dimaksudkan para filosof muslim, tentang qadimnya alam ialah sesuatu yang pada mulanya sudah ada, kemudian berubah menjadi ada dalam bentuk lain. Karena penciptaan dari yang tidak ada merupakan suatu yang mustahil dan tidak mungkin terjadi. Oleh karena itulah, asal materi ala mini mesti qadim.

Jika ditinjau dari pemikiran Al-Ghazali, ketika Allah menciptakan alam, maka yang ada hanyalah Allah semata. Akan tetapi, menurut pemikiran filosof muslim, ketika Allah mencipatakan alam, sudah ada sesuatu selain Allah. Dengan demikian, dari sesuatu yang sudah ada itulah Allah menciptakan alam. Pendapat Ibnu Rusyd ini, dikuatkan lagi dengan ayat al-Qur’an pada surat Al-Anbiya’ ayat 30, surat Hud ayat 7 dan surat Al-Fushilat ayat 11. kesimpulan dari keterangan ayat-ayat tersebut ialah sebelum alam diciptakan sudah ada sesuatu yang lain, yakni Air dan Uap. Oleh karena itu, menurut Ibnu Rusyd, pendapat para filosoflah yang sesuai dengan bunyi ayat.

Menurut Ibnu Rusyd, munculnya perbedaan pendapat ini disebabkan perbedaan dalam mengartikan kata al-ihdats dan qadim. Menurut kaum teolog muslim, al-ihdats berarti menciptakan sesuatu dari tidak ada. Sedangkan bagi kaum filosof muslim, al-ihdats berarti menciptakan sesuatu dari yang sudah ada menjadi ada dalam bentuk lain. Sementara makna kata qadim bagi kaum teolog muslim, ialah sesuatu yang mempunyai wujud tanpa sebab. Akan tetapi, menurut kaum filosof muslim, qadim berarti sesuatu yang kejadiannya dalam keadaan terus-menerus, tanpa awal dan akhir.

Tuhan Tidak Mengetahui Hal yang Juz’iyyat

Ibnu Rusyd menyetujui pendapat Aristoteles, yang menyatakan bahwasannya Tuhan tidaklah mengetahui hal-hal yang juz’iyat. Disisi lain, argument Aristoteles yang disetujui Ibnu Rusyd, dibantah keras oleh Al-Ghazali. Dalam pembelaannya terhadap kaum filsafat, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa mereka yang mendakwa ahli-ahli filsafat yang memungkiri pengetahuan Tuhan terhadap juz’iyat itu disebabkan karena mereka tidak dapat memahami maksud ahli filsafat. Padahal yang dimaksudkan oleh ahli filsafat tentang memungkiri pengetahuan Tuhan terhadap juz’iyat ialah sebagaimana pengetahuan yang dicapai oleh orang biasa.

Pengetahuan Tuhan tidak dapat dikatakan juz’iyat, sebab juz’i adalah satuan yang ada di alam yang berbentuk materi. Sementara itu, materi hanya dapat ditangkap dengan pancaindera. Tuhan bersifat immateri (rohani), tentu saja pada zat Tuhan tidak terdapat pancaindera untuk mengetahui hal-hal yang parsial. Pada dasarnya mereka sependapat bahwa Tuhan Maha Mengetahui segala hal yang terjadi di alam ini. Akan tetapi, jika ditarik kesimpulan: Al-Ghazali terkesan menyamakan ilmu Tuhan dengan ilmu manusia. Sedangkan pemikiran filosof muslim, terkesan membedakan antara ilmu tuhan dengan ilmu manusia.

Tidak Adanya Kebangkitan Jasmani di Akhirat

Menurut kaum filosof muslim, yang akan dibangkitkan di akherat nanti adalah rohani saja, sedangkan jasmani akan hancur. Menurut Al-Ghazali yang akan, dibangkitkan di akherat adalah jasmani dan rohani. Para filosof muslim berpendapat, bahwa mustahil untuk mengembalikan rohani kepada jasmani. Menurut mereka, setelah rohani berpisah dengan jasmani berarti kehidupan telah berakhir dan jasmani hancur. Akherat merupakan lawan dari dunia dan yang berbentuk materi, berarti akherat bentuk rohaninya.

Akan tetapi jika menanggapi pernyataan Al-Ghazali, para filosof menyatakan jika ada kebangkitan jasmani, maka akan menempuh jalan yang sulit dan proses yang panjang. Sementara menurut Al-Ghazali sendiri, kebangkitan jasmani di akherat berarti dikembalikannya rohani pada jasmani, dan tidaklah sulit bagi Allah untuk melakukan hal ini. Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu. Dalam menyanggah pendapat filosof muslim, Al-Ghazali lebih banyak bersandar pada arti tekstual al-Qur’an. Sedangkan para filosof muslim, dalam memahami nash lebih cenderung pada arti metafora atau menggunakan rasio dan pemikiran filosof muslim merupakan pemikiran yang bersifat rasional.

Dengan demikian perbedaan pendapat antara filosof muslim dan Al-Ghazali hanyalah perbedaan interpretasi tentang ajaran Islam, bukan perbedaan yang menolak ataupun menerima ajaran Islam. Denga kata lain, perbedaan antara kedua golongan tersbut terletak pada ijtihad masing-masing golongan. Perbedaan seperti ini tidak akan membawa pada kekafiran. Oleh karena itu, menurut Ibnu Rusyd, tuduhan kafir yang dilontarkan Al-Ghazali kepada kaum filosof muslim, tuduhan yang tidak pada tempatnya.


KESIMPULAN

Nama lengkap Ibnu Rusyd ialah Abul Walid Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd. Dia lahir di Cordova pada tahun 520 H. Sejak kecil dia suka meneliti, merangkum, membaca dan menulis ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Adapun ilmu yang paling dia sukai yakni mengenai pemikiran filsafat Aristoteles. Akan tetapi, dalam hidupnya dia banyak mendapatkan fitnahan hingga dia diasingkan ke negeri lain. Hal ini disebabkan karena danya orang-orang yang tidak setuju dengan pemikiran filsafatnya. Karena dianggap pemikiran yang liberal dan tidak sesuai dengan agama.

Karya-karyanya banyak sekali diantaranya ilmu fiqih, filsafat kedokteran dan politik tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya. Adakalnya buku-buku miliknya merupakan karangan sendiri, ulasan-ulasan atau ringkasan. Sebenarnya karya-karyanya yang paling besar dan berpenngaruh di Barat yang dikenal dengan Avveroism adalah komentar atas karya-karyanya Aristoteles. Untuk nama-nama karyanya sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

Untuk pemikiran filsafatnya, Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf yang mementingkan akal. Menurutnya untuk memecahkan persoalan agama Islam, harus menggunakan kekuatan akal pikiran. Dalam pandangan Ibnu Rusyd, pokok tujuan syarii’at Islam adalah untuk mengajarkan ilmu yang benar dan amal perbuatan yang benar pual. Dalam pemikiran filsafat Ibnu Rusyd terdapat jawabannya terhadap sanggahan Al-Ghazali. Sehubungan sanggahan yang mematikan dari Al-Ghazali terhadap para filosof muslim. Dalam hal ini, Al-Ghazali menghukumi para filosof kafir tenatan tiga pemikiran filosof muslim, yakni:
1. Qadimnya Alam
2. Tuhan tidak mengetahui hal yang Juz’iyyat
3. Tidak adanya kebangkutan jasmani di akhirat


DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Nasution, Hasyimsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pertama.
Zar, Sirajuddin. 2007. Filsafat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun. 2006. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.